Saya Ini Orang Munafik

Saya ini orang munafik,

Yang berkata bahwa hidup bermewah-mewah itu tidak baik dan dilarang agama, padahal saya sebenarnya hanya iri pada mereka yang berada.
Yang berkata bahwa iPhone itu biasa saja, untuk menutupi malu tidak bisa membeli bahkan sebuah saja. 
Yang berkata mobil hanya menjadi biang kemacetan, padahal saya sakit hati melihat mereka yang tidak perlu kehujanan dan kepanasan saat kemana-mana.

Memilih

Pict taken from Here

Beberapa teman saya, meski sudah tidak sesering beberapa tahun silam, kadang meminta pendapat saat akan membeli gadget, baik itu komputer, laptop, ponsel dan peralatan teknologi informasi lainnya. Saya bukan ahli dibidang teknologi informasi dan gadget, namun teman-teman dekat saya memang pencinta gadget dan teknologi informasi. Dan seperti kata pepatah, barang siapa yang berteman dengan penjual minyak wangi, pasti kebagian wanginya.

Memilih sebuah gadget, buat saya, sama dengan memilih barang apapun. Dalam hal ini prinsip ekonomi akan berlaku. Pilihlah sebuah barang yang benar-benar anda butuhkan dan sesuai dengan kemampuan finansial kita. Istilah Selayarnya, cost and benefit. Menggunakan sumber daya seminimal mungkin, untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin. Sumber daya yang dimaksud tidak lain adalah uang.

(Jangan) Lupa Bersyukur

Pict taken from here. 

Awal tahun 2009 adalah sejarah buat saya. Sebelumnya, saya, atau bahkan orang tua saya pun tidak pernah bermimpi saya bisa naik pesawat ke Jakarta. Mama saya bahkan sering bercerita, saat saya lahir beliau kadan menangis berpikir, akan jadi apa saya? Apa beliau bisa memberi saya susu? Apa beliau bisa menyekolahkan saya? Dan Bayangkan, kemudian saya ke Jakarta buat kuliah. Sangat keren bukan? Ah, kalian yang membaca ini mungkin merasa naik pesawat setiap minggu sama seperti saya merasakan naik angkot ke sekolah dulu. Sampai kinipun, mama saya akan sangat antusias jika saya harus bepergian dengan pesawat.

Pemain Bernomor Punggung Lima

Just Keep Their Foots Out of My Girl

Visit Sulawesi Selatan 2012

1. Tana Toraja
2. Tanjung Bira
3. Taka Bonerate
4. Karst Rammang-Rammang
5. Bantimurung
6. Leang-leang
7. Pantai Losari
8. Pulau Kapoposang
9. Ikan Bakar dan aneka seafood
10. Coto Makassar
11. Konro dan Pallu Basa
12. Kapurung
13. Jalang Kote

Desersi di Kelas Bahasa Inggris

Pict Taken From cartoonstock.com

Saat itu saya masih baru di Smansa, sekolah tempat saya menyelesaikan pendidikan dasar tingkat menengah atas. Menjadi junior di sekolah saya ini rasanya ibarat kadet di camp militer. Tapi bukan itu yang mau saya kisahkan. Ini (salah satu) kisah saya yang mungkin memalukan.

Saya duduk di kelas 1-6 saat itu. Bukan karena bodoh, tapi karena pembagian siswa memang acak. Saya bukidan jenis siswa yang malas belajar tapi bukan juga tipe yang terlalu rajin. Saya siswa medioker. Namun untuk pelajaran Bahasa Inggris, saya harus akui saya buruk.

Happy Wedding, Bro!

Paus B 07 buat kebanyakan orang mungkin hanya sekedar paduan huruf dan angka yang tidak jelas maknanya. Atau bagi mereka yang tinggal di kompleks Pondok Jurang Mangu Indah, Paus B 07 hanya sebuah rumah kontrakan berisik yang kadang berantakan. Tapi buat saya, buat kami, yang pernah tinggal di sana, Paus B 07 sangatlah berarti. Paus B 07 adalah tempat kami belajar, tumbuh, kehilangan (laptop, hahahaha), saling mengingatkan dan saling menguatkan dengan cara yang tidak biasa. Paus B07 menembus batas jarak, suku, bahkan egoisme masing-masing penghuninya.