Jul 21, 2012

Memilih

Pict taken from Here
Beberapa teman saya, meski sudah tidak sesering beberapa tahun silam, kadang meminta pendapat saat akan membeli gadget, baik itu komputer, laptop, ponsel dan peralatan teknologi informasi lainnya. Saya bukan ahli dibidang teknologi informasi dan gadget, namun teman-teman dekat saya memang pencinta gadget dan teknologi informasi. Dan seperti kata pepatah, barang siapa yang berteman dengan penjual minyak wangi, pasti kebagian wanginya.

Memilih sebuah gadget, buat saya, sama dengan memilih barang apapun. Dalam hal ini prinsip ekonomi akan berlaku. Pilihlah sebuah barang yang benar-benar anda butuhkan dan sesuai dengan kemampuan finansial kita. Istilah Selayarnya, cost and benefit. Menggunakan sumber daya seminimal mungkin, untuk memperoleh hasil semaksimal mungkin. Sumber daya yang dimaksud tidak lain adalah uang.


Jika hanya keperluan dasar semacam browsing, watching dan typing, netbook dengan operating system Mycrosoft Windows sudah sangat memadai. Mungkin banyak yang mendiskreditkan produk Mycrosoft dengan bug yang banyak dan entah apalah, namun percayalah bagi anda pengguna awam, hal tersebut tidak akan terasa. Kecuali anda menyelipkan kebutuhan tersier atau ideologi saat memilih, maka tentu akan beda rasanya. Bagi anda yang tidak berkecimpung dalam dunia grafis dan suara, penggunaan macbook tentu hanya membawa prestise belaka. Atau bagi anda yang berideologi antikapitalis, tentu linux adalah pilihan paling keren.

Memilih ponselpun demikian. Dengan dana 200 ribuan, anda dapat menggunakan fungsi dasar SMS dan telepon. Namun jika anda membutuhkan transfer data yang cepat, Blackberry dan iPhone bisa jadi pilihan. Atau bagi yang suka utak-atik, sekarang ada ponsel android. Namun semuanya tetap kembali ke provider data yang digunakan.

Memilih adalah persoalan menyelaraskan kebutuhan, keinginan dan kemampuan. Jika anda memang memiliki dana lebih, membeli produk Apple tentu keren. Namun bagi yang masih berdana pas-pasan, membeli Apple adalah sebuah kesalahan. Dan percayalah, masih lebih dari 50% bangsa kita masih tidak mampu membeli produk Apple. Dan percayalah kematian Dg. Acce, tetangga kami, jauh lebih memilukan dari kematian Steve Jobs. Sudah seharusnya kita lebih peka pada keadaan sekitar kita, kan?

Beda cerita dalam hal mencari kebahagiaan, terkhusus memilih pasangan hidup. Teori Adam Smith maupun Keyness tidak berlaku. Buat saya, yang saat menulis ini masih belum menikah, bahagia adalah menerima dan bersyukur atas apa yang dimiliki. Orang boleh memilih pasangan hidupnya dengan acak ataupun lewat rasa. Namun pada akhirnya, saat masing-masing bisa menerima dan bersyukur, rasa bahagianya pasti akan sama. Tinggal masalah jalur mana yang akan kita coba, berapa waktu yang dibutuhkan dan sebuah hal gaib yang bernama jodoh.

No comments:

Post a Comment