Jul 21, 2012

(Jangan) Lupa Bersyukur

Pict taken from here
Awal tahun 2009 adalah sejarah buat saya. Sebelumnya, saya, atau bahkan orang tua saya pun tidak pernah bermimpi saya bisa naik pesawat ke Jakarta. Mama saya bahkan sering bercerita, saat saya lahir beliau kadan menangis berpikir, akan jadi apa saya? Apa beliau bisa memberi saya susu? Apa beliau bisa menyekolahkan saya? Dan Bayangkan, kemudian saya ke Jakarta buat kuliah. Sangat keren bukan? Ah, kalian yang membaca ini mungkin merasa naik pesawat setiap minggu sama seperti saya merasakan naik angkot ke sekolah dulu. Sampai kinipun, mama saya akan sangat antusias jika saya harus bepergian dengan pesawat.

Delapan tahun yang lalu, untuk membeli telepon seluler yang saya suka, saya harus menabung hampir setahun. Menabung dengan ketat, sampai-sampai kadang saya harus menelan air liur melihat teman-teman yang jajan coto. Saat bapak saya membeli ponsel pertamanya, kami serumah terkagum-kagum dengan benda kecil itu. Sebuah kemewahan di rumah kami. Beda dengan teman-temanku yang lain saat itu. Mereka cukup merengek dengan janji nilai raport yang lebih baik, mereka akan memperoleh ponsel baru yang mereka mau. Tapi kini di rumah kami entah sudah ada berapa ponsel. Setiap orang, kecuali mamaku, telah punya ponsel lebih dari satu.

Alhamdulillah, saya harusnya banyak bersyukur. Saat ini saya memiliki apa yang dulu tidak pernah saya bayangkan bisa miliki. Beberapa ponsel, Blackberry, modem, netbook, TV LCD, speaker Simbadda kelas bawah, gitar Yamaha yang entah asli apa palsu, harmonika, sepatu futsal dua pasang dan sebuah motor kredit. Oh iya, saya kadang lupa pernah membeli sebidang tanah 150 meter persegi. Bukan bermaksud untuk pamer, tapi malu rasanya mengingat bahwa beberapa tahun yang lalu, dengan matematika serumit apapun, saya tidak punya peluang untuk memiliki semua itu. Dan kini saat saya memiliki semua itu, saya masih tidak bersyukur. Saya masiih sering mengeluh mengapa teman-teman saya bisa memiliki rumah yang besar, mobil baru, sound system yang mewah, Blackberry terbaru, tablet, TV LCD yang lebih besar, Play Station 3 dan banyak lagi yang jika saat ini saya hitung dengan matematika paling rumit sekalipun, saya tidak punya peluang untuk memilikinya.

Tidak dapat dipungkiri saya adalah manusia biasa. Saya kadang punya rasa iri atas mereka yang memiliki harta lebih baik. Kondisi yang membuat saya kadang takut jatuh cinta pada wanita dari kalangan "di atas" saya. Hahahahaha. Dan itu nyata kawan. Sometimes, I afraid of it. Dan kalaupun kemudian ada yang membesarkan hati saya adalah kebanggaan bahwa saya memiliki semua yang saya memiliki dari jalan yang Insya Allah benar. Dari kredit yang setiap bulan saya bayar dari gaji. Dari setiap sisa gaji yang masih bisa ditabung. Namun saya tetap merasa iri, pada mereka yang memiliki banyak hal dari hasil yang halal. 

Dan pada akhirnya, semoga Tuhan menjadikan saya orang-orang yang ingat untuk bersyukur. Bersyukur atas semua ketidakmungkinan yang kemudian menjadi mungkin. Baik yang pernah terjadi dan yang Insya Allah akan terjadi. Alhamdulillah.

(ditulis saat menunggu buka puasa hari ke-2 tahun 2012)

No comments:

Post a Comment