May 10, 2012

Mendadak Manado : Merasakan Menjadi Minoritas

Pemandangan dari Hotel Aryaduta
Awal bulan ini saya mendapat rejeki tak disangka-sangka. Sebuah tugas kantor mengharuskan saya ke Manado. Senang rasanya mendapat kesempatan jalan-jalan ke tempat baru dan gratis pula. Hehehehe. Manado, ibu kota propinsi Sulawesi Utara, terkenal dengan wisata bawah lautnya. Banyak turis yang datang ke sana untuk menikmati indahnya Bunaken. Tidak heran jika bandaranya, meski kecil, dijadikan bandara internasional.


Patung Yesus Kristus
Saya tiba di Manado malam hari. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel tempat saya menginap, hampir setiap 10 meter saya menemukan ada gereja. Mulai dari yang biasa saja sampai yang sangat megah. Tidak heran sebab mayoritas penduduk di Manado adalah Nasrani.

Setelah menyelesaikan pekerjaan, saya pun mulai berjalan-jalan. Awalnya hanya disekitaran hotel. Rasa lapar membuat saya terpaksa menembus gerimis yang sedang turun. Saya teringat kata teman-teman yang sudah lama di Manado. Katanya harus hati-hati mencari makan bagi kami yang umat islam. Banyak tempat makan yang menjual masakan yang bagi umat islam haram untuk dikonsumsi. Dengan asas kehati-hatian saya pun memilih makan di restoran waralaba yang sudah populer. Tempatnya ada di kompleks Mega Mas yang merupakan area pantai yang ditimbun.

Besoknya saya diajak oleh teman-teman mengunjungi Tomohon. Jarak Manado dan Tomohon bisa ditempuh sekitar 1 jam perjalanan. Seperti di Manado, di tempat ini juga banyak ditemukan gereja. Di kota ini juga terdapat Gunung Lokon yang sedang aktif itu. Di sana kami mengunjungi Danau Linau dan Bukit Kasih. Danau Linau konon airnya dapat berubah warna. Danau ini memiliki kandungan belerang yang memang terlihat mengepul di dasar danau.
Danau Linau Yang Berwarna-Warni

Bukit kasih ini sendiri adalah tempat ibadah umat nasrani yang ada di kaki bukit. Pemandangan dari atas sana sangat indah. Tempatnya sangat bersih. Di atas terdapat gereja dan juga patung yang bercerita tentang kisah Yesus Kristus. Di puncaknya terdapat lima tempat ibadah semua agama di Indonesia. Sayang saya tidak sanggup lagi ke atas.

Sayang sekali saya harus pulang cepat. Niat untuk ke bunaken pun tak tersampaikan. Satu hal yang paling saya rindukan dan terasa mewah saat di Manado adalah suara adzan. Sepanjang tiga hari di sana, saya cuma mendengar suara adzan sebanyak dua kali. Suara adzan, dan perempuan berhijab merupakan pemandangan langka di sana. Cari makan pun mesti hati-hati. Mungkin demikianlah rasanya menjadi minoritas. Ada yang dirindukan namun tetap pasrah. Apapun itu yang terpenting adalah semua hidup rukun satu sama lain.
Gunung Lokon dilihat dari Bukit Kasih


Suatu saat saya akan ke sana lagi. Niat ke Bunaken masih besar. Tinutuan yang terkenal juga belum sempat saya cicipi. Yah setidaknya saya sudah naik angkot Manado yang keren dan melihat cewek-ceweknya yang menyejukkan mata. Ahaayyyy...

No comments:

Post a Comment